Welcome to Ma Blog !!

Seorang anak manusia yang bercita-cita menjadi seorang komposer dan penulis, punya banyak keinginan, punya dua adik yang menjadi inspirator setelah kedua orangtua, inginkan ibunda tercinta ke tanah suci dan semoga bertemu ayah disana, sering menulis lagu dari inspirator lainnya, mengkomposisi musik dan menulis cerita, suka sepak bola,kegagalan selalu jadi teman terbaiknya dan suatu waktu akan menjadi musuh dalam hidupnya :) Selamat datang kawan :D

Tanaman Cinta Bersama Kucing Pelataran Stasiun



Cerita ini berawal saat aku selesai mengikuti mapel kuliah dan kembali ke rumah. Melalui alat transportasi kereta api dan sedikit menepi. Di stasiunlah kemudian aku menunggu dan menanti. Sesaat rasa penat tadi ketika menyimak, mendengarkan, dan menulis apa yang diucapkan seorang akademisi dalam misinya membawa mahasiswa mencapai prestasi yang prestisi tersebut, aku menggelengkan kepala mengharap bosan-bosanku hilang dilindas rel kereta api kemudian pergi mencari tempat duduk untuk sedikit relaksasi.
Aku melihat sepasang kucing yang sedang bernostalgia, mungkin sedang berpacaran atau sejenis sayang sayang-an. Walaupun bukan bioskop, posisi yang ditawarkan bukan di sudut melainkan di tengah, tepat dibawah tempat duduk stasiun. Kedua kucing itu berpegangan dengan erat (versi binatang), mereka bertatap muka, dan pada saat itu kucing jantan seakan-akan berbicara tentang suatu hal kepada kucing betina (sepertinya ingin di pinang).

Sedikit merasakan hal konyol ketika kucing bisa melakukan adegan "FTV" di depan umum, terlampau lucu menggemaskan dan terkadang hewan akan fokus terhadap apa yang diinginkan. Yah, kalau melihat hewan peliharaan tetanggaku saja, kucing kesayangannya pun apabila mendengarkan musik seakan-akan menari menikmati hari-hari penuh nada dan warna, menonton bersama sang pemilik, dan pada akhirnya tidur dan melakukan aktivitas sehari hari (baca: pooping) di tempat yang telah disediakan, like a human, like a boss !!!

Delapan menit kemudian kedua kucing itu berpencar. Anehnya, mata mereka berlinang air. Pertikaian itu mengundang luka, cinta mereka kandas di tepi pintu stasiun. Pemandangan yang jarang ditemui ini sangat menggelikan tapi kalau diingat kembali terkesan menyedihkan, ternyata kucing jantan itu mungkin tidak mengatakan sesuatu tentang pinangan tetapi tentang perpisahan.

Sejenak aku menunggu kereta yang datang pada tujuanku pulang, sambil menggenggam erat tas ransel kecil yang berisi memo dan pulpen tanpa tutup. Kucing betina menghampiriku kembali. Seakan bertanya: "dimana si tampan". Ia beristirahat sejenak di dekat pot dan tong sampah organik stasiun. Perlahan ku perhatikan wajahnya, dan ternyata si meong ini sudah tidak terlihat bersedih melainkan berseri kembali sedia kala semula se-iya se-kata (sambil mengelus lehernya).

Tak berselang beberapa menit, pengumuman berkumandang kencang memberitahkan bahwa kereta akan tiba di stasiun sekitar satu sampai dua transit lagi. Sedikit sumringah mendengar kakak dengan suara cantik dan di temani aksen cadel dari lidahnya. Dari kejauhan terlihat kucing menggigit sesuatu, semakin mendekat dan terus mendekat. Apa yang terjadi? ternyata si kucing jantan sedang menggendong anaknya dengan mulutnya di bagian leher si mungil. Sepertinya dia ayahnya atau tim SAR versi hewan. So freakin' cool. Rupanya mereka tak berpisah, hanya kekhawatiran yang menyiksa. Mereka langgeng-langgeng saja.

Badannya penuh luka dan darah berlumuran walau tidak sekental susu kalengan. Memang tidak terlalu besar lukanya, tetapi semuanya syarat makna syarat cerita dan persyaratannya gratis karena ikhlas sudah membayar lunas perjuangannya. Seketika aku memandang sebentar dan memperhatikan mereka yang sedang berinteraksi. Tak lama kemudian, kereta datang berhenti dan aku pun mengabaikannya untuk sesaat menanti kereta selanjutnya. Kereta pun pergi dan si mungil di geletakkan begitu saja di lantai stasiun dan kemudian sang Ibu menjilat jilat luka di tubuhnya pada si buah hati. Konon lidah kucing adalah alat paling canggih dalam membersihkan dan mengobati luka luar, luka dalam atau luka hati yang telah pergi :p if you know what i mean :)

Si mungil mengeong keras dan sang ayah datang memberikannya suatu pertolongan seperti daun-daun yang punya sedikit akar dibawahnya. Ia mengambilnya di kolong stasiun yang menempel tumbuh merambat di sekitar bebatuan rel dan melompat ke peron stasiun kembali. Aksi heroiknya tidak sampai disitu saja, sang ayah tidak mau kalah menjilat luka sang anak dan menempelkan dedauannya dengan susah payah. Teriakan keras si mungil berhenti dan berakhir dengan ciuman hangat sang ibu ke anaknya. Selanjutnya sang ayah mencium juga anaknya dan sang istri jadi sasaran ciuman keduanya. Kemudian mereka pergi berlari membawa kasih sayang dan cintanya masing-masing saat sang portir kereta mengusirnya. Mereka tampak senang walau si mungil masih terbalut daun dilapisi liur ajaib dari lidah orang tuanya "ayo nak, kita pergi, semoga baik-baik saja".

Ini kejadian nyata yang tidak sengaja ku temui, sebelumnya aku pernah melihat dan hanya menerka dari video yang di unggah di internet saat seekor monyet menyelamatkan anjing yang terkapar parah di jalan raya dan meminggirkannya ke tepi jalan, kemudian anjing yang menyusui seekor anak kucing yang ditinggal mati induknya. Hewan penuh cinta itu seakan mengetuk tanpa mengutuk. Kereta pun datang dan aku pulang bersama ribuan orang berdesakan di gelap malam tanpa hujan.

Teringat kejadian tadi, bahwa lidah kucing bermanfaat dan lidah cadel kakak moderator stasiun pun juga seakan-akan memberitahu bahwa sebaiknya aku menunggu kereta selanjutnya agar cerita bisa terrekam dan tersimpan dalam otak kiri yang tersusun secara rapi di laci memori.

Sesampainya di rumah impian, aku sekejap mencari informasi lewat jaring-jaring internet yang menyebar luas ke seluruh dunia. Ternyata tanaman yang dibawa oleh si kucing jantan adalah obat yang tidak hanya diperuntukkan untuk hewan, tetapi untuk berbagai penyakit bagi manusia,  nama panggilannya akar kucing, iya dia akan bilang "ada yang bisa kubantu?" ketika ditanya (menggunakan bahasa tanaman, suara operator). sangat bermanfaat dan itu berasal dari Tuhan yang menunjuk sang hewan sebut saja kucing kemarin sebagai media pengantar pesan. mereka pun punya cara menyayangi dan mencintai masing masing, walaupun hanya sekedar insting, terkadang terlihat biasa bahkan bisa menjadi sangat luar biasa penting, Sedikit isyarat yang hangat bagai obat dan menyapu perlahan penat juga menyembuhkan sepi yang meradang dalam kekosongan bahkan kerinduan yang pernah mengisi A dan B akan tetapi C sampai Z pun takkan bisa masuk, terkunci. Karena hanya terpusat pada dua subjek yaitu aku dan bagianku, kamu terbagi untukku, salah satu boleh A boleh B, ini bukan kuisioner, ini revolusioner (coming soon).

Pada akhirnya aku berandai, saat esok adalah hari pertamaku memiliki kucing dan merawatnya. Selempangan doktrin baik akan ku tuangkan ke makhluk kesayangan nabi itu. Menjadikan dokter dadakan di rumah, mencarikan tanaman mujarabnya ketika keluargaku sakit, dan membantu orang lain tapi tanpa perlu menjilat dan memberi ciuman sayang pada kami atau mereka, dan terus berputar hingga esok takkan menjadi esok, berhenti pada waktu yang telah dihentikan. hari terakhirku adalah aku punya peliharaan di nirwana. Ya makhluk itu menggambarkan kelucuan, keluguan, manja dan terkadang memamerkan rasa malas. Adorable.

Terkadang hitam tak selamanya kelam dan putih tak selamanya suci, kelabu juga bagian dari hal yang anprediktif, bisa menjurus kepada baiknya dalam bertindak ataupun buruknya dalam berkehendak, sebagai makhluk yang pada hakikatnya lebih tinggi derajatnya dari makhluk yang lain, kita punya akal pikiran yang membentuk kumpulan cerita, ribuan ceria dan jutaan cinta. Persuasif, apresiatif, dan inspiratif. Mereka si hewan dan si tumbhuan pun serempak berkata " terimakasih kaka"(versi orang papua). Sekedar pengandaian saja !!!

Kavie, Loker Kerinduan, 18 Juni  2014




Share